Ke Khawatiran Terkecil Sampai Terbesar
Tak berselang lama setelah kontrak kerja ku di sebuah
perusahaan swasta di perpanjang, hanya 6 bulan. Kini tersisa 5 bulan lagi,
dimana keputusannya akan di angkat menjadi pegawai tetap atau pun pilihan yang
terburuk. Di masa-masa sulit seperti sekarang ini (pandemi co-vid 19), akan
sulit untuk mencari pekerjaan. Bisa makan hari ini, akan amat di syukuri
beberapa bebrapa orang saat ini. sangat banyak koporasi besar yang merugi sehingga
mau tidak mau mem-PHK banyak karyawanya dengan alasan efisisensi biaya
oprasional. Beberapa korban adalah orang yang ku kenal, bahkan teman terdekat
ku. Jauh sebelum semuanya memburuk, beberapa orang sudah kesulitan untuk
mencari pekerjaan. Beberapa di antaranya putus asa, yang lainya mengambil
peluang. Seperti itu lah pandangan ku terhadap situasi yang di rasakan kebanyakan
orang saat ini dari kacamata ku, yang sebenarnya tak berkacamata.
Hal tersebut di tambah dengan ke khawatiranku sendri, yang
ku yakini setiap individu miliki, walau berbeda-beda satu sama lain. Pasti
sedih rasanya menadi beban, itu yang amat ku takutkan. Di umurku yang seperempat
abad egoku akan sangat tinggi, tak terbayangkan harus menjadi beban bagi
keluarga ku.
Tak terasa aku hanya berfikir
tentang duniawi saja, yang katanya nikmatnya hanya se-saat di bandingkan dengan
kenikmatan surgawi. Jika di sempurakan dengan teori investasi “menahan kepuasan
untuk mendapatkan kepuasaan yang lebih.” Benang merahnya adalah kita hidup
untuk “menahan”. Menahan keepuasan bukan hal yang mudah, menahan rasa sakit pun
begitu. bingung sekali harus berbuat apa, cuma hidup akan terus berjalan,
berarti selama itu lah kita harus menahan. Ke khawatiran pasti akan selalu ada,
mungkin bisa di tahan namun sering kali terlepasakan. hari ini bias sekali,
benar-benar tidak teknis. Kapan kekhawatian ini berakhir? secara teori saat
sudah ikhlas dan menerima. Semoga saat badai datang saya bisa sedewasa itu.
Sumber gambar:
Komentar
Posting Komentar